Jakarta, NVN — Ketua Umum Molekul Pancasila, Dody YS, memberikan apresiasi atas penayangan azan dengan running text di televisi selama acara Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 September 2024 pukul 17:00 – 19:00 WIB. Dody YS melihat tindakan ini sebagai wujud nyata dari toleransi antar umat beragama yang dijunjung tinggi dalam Pancasila dan UUD 1945.
“Penayangan azan dengan running text saat Misa Paus Fransiskus adalah bukti nyata dari semangat toleransi dan saling menghormati antar umat beragama yang menjadi landasan utama bangsa Indonesia,” ujar Dody YS. “Hal ini sejalan dengan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menekankan pentingnya mengakui dan menghormati keberadaan agama dan kepercayaan lainnya.”
Dody YS juga menekankan bahwa tindakan ini selaras dengan Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 yang menjamin kebebasan setiap orang untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agamanya. “Kebebasan beragama bukan hanya hak individu, tetapi juga tanggung jawab untuk menghormati kebebasan beragama orang lain,” tambah Dody YS.
Dody YS juga mengingatkan bahwa dalam Islam sendiri terdapat satu ayat dalam Surat Al-Kafirun yang menegaskan pentingnya toleransi antar umat beragama, yaitu “Lakum dinukum waliyadin” yang artinya “bagiku agamaku dan bagimu agamamu.” Ayat ini menunjukkan ketegasan bahwa muslim harus menghargai agama orang lain, tapi tidak mencampuradukkan ritual agama satu sama lain.
Ia mengakui bahwa penayangan azan dengan running text di televisi selama acara Misa bukanlah hal yang lazim, namun dalam konteks ini, hal tersebut menjadi simbol penting dari toleransi dan saling pengertian antar umat beragama. “Meskipun tidak termaktub secara baku dalam kitab suci, kebiasaan penayangan Azan setiap waktu shalat ini telah terbentuk karena mayoritas umat beragama di Indonesia adalah Islam. Penggantian Azan dengan Running Text ini hanya pada saat acara Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus ditayangkan di jaringan Televisi Indonesia, sebagai bentuk penghormatan dan kesempatan untuk beribadah bagi umat Kristiani”, jelas Dody YS.
“Anda bisa bayangkan jika ada tayangan ibadah suatu agama, kemudian dijeda dengan tayangan ibadah agama lain, tentu hal ini tidak elok.”, pungkasnya.
Dody YS berharap agar momen ini dapat menjadi contoh bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk terus memperkuat semangat toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. “Indonesia adalah negara dengan beragam suku, budaya, dan agama. Keberagaman ini menjadi kekuatan kita, dan toleransi adalah kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” tutup Dody YS. (msn/nvn)