Jakarta, NVN – Dody YS, Ketua Umum Asosiasi Trader Seluruh Indonesia (ATSI), CEO HypnoTrade Center, menyampaikan bahwa harga Bitcoin (BTC) saat ini berada dalam fase kritis. Hingga siang ini hari Kamis, 19 Juni 2025, BTC diperdagangkan di kisaran US$104.700, setelah sebelumnya stabil di atas level support penting yaitu Exponential Moving Average (EMA) 50-hari di sekitar US$103.100.
“Jika penutupan harian BTC turun di bawah EMA 50-hari, kita berpotensi melihat koreksi tajam yang bisa menyeret harga menuju support psikologis di US$100.000,” jelas Dody YS dalam pernyataannya.
Kekhawatiran meningkat setelah laporan Bloomberg menyebut bahwa pejabat tinggi Amerika Serikat sedang mempertimbangkan aksi militer terhadap Iran dalam beberapa hari ke depan. Isu ini mendorong meningkatnya sentimen risk-off di pasar global, yang berdampak negatif pada aset berisiko seperti kripto.
“Ketegangan geopolitik seperti ini selalu menjadi pemicu volatilitas tinggi di pasar. Reaksi pelaku pasar bisa sangat agresif, terutama terhadap aset digital yang belum sepenuhnya stabil secara fundamental,” tambahnya.
Namun demikian, arus modal institusional terhadap Bitcoin masih menunjukkan kekuatan, ditandai dengan arus masuk pada ETF spot Bitcoin di Amerika Serikat yang telah berlangsung selama delapan hari berturut-turut, dengan nilai total mencapai US$389,57 juta.
Secara teknikal, indikator RSI harian BTC berada di bawah 50 (sekitar 47), yang menunjukkan penurunan momentum. Sementara itu, indikator MACD juga mengindikasikan crossover bearish, menandakan bahwa tekanan jual masih mendominasi pasar.
Meski begitu, peluang rebound tetap terbuka. Dody YS menekankan bahwa bila BTC mampu menembus dan menutup di atas zona Fair Value Gap (FVG) pada ±US$108.064, maka harga berpotensi kembali menguji level tertinggi sebelumnya di US$111.980 (tercatat pada 22 Mei 2025).
“Waspadai risiko, tapi jangan lewatkan peluang,” tutup Dody YS. (MSN/NVN)