Jakarta, NVN – Asosiasi Trader Seluruh Indonesia (ATSI), melalui pengamat pasar Dody YS, CEO HypnoTrade Center, mengungkapkan dampak signifikan peningkatan sentimen risiko global terhadap pasar aset kripto. Eskaalasi konflik antara Iran dan Israel telah memicu gelombang “risk-off” yang kuat di pasar global. Investor secara masif mengurangi kepemilikan aset berisiko, termasuk Bitcoin, dan beralih ke aset-aset aman seperti emas, dolar AS, dan obligasi pemerintah.
Dampaknya, pasar kripto mengalami koreksi signifikan. Bitcoin mengalami penurunan tajam ke kisaran US$103.000–US$104.000, sementara Ether mencatat penurunan sekitar 8-9%. Lebih lanjut, likuidasi posisi leveraged dalam 24-48 jam terakhir mencapai angka yang mengkhawatirkan, yaitu US$1-1,2 miliar, memperburuk tekanan jual di pasar.
Peristiwa ini menguji narasi Bitcoin sebagai “emas digital” atau aset lindung nilai. Koreksi yang dalam menunjukkan sifatnya sebagai aset berisiko yang sensitif terhadap sentimen global. Namun, ATSI mencatat bahwa reaksi pasar belum menunjukkan tanda-tanda kepanikan ekstrem. Indikator teknikal seperti RSI Bitcoin masih berada dalam wilayah netral, sementara aliran masuk institusional melalui ETF tetap berlanjut, menunjukkan potensi pemulihan.
Berkaca pada peristiwa serupa di April 2024, di mana konflik Iran-Israel menyebabkan penurunan tajam Bitcoin (sekitar 7% dalam satu jam) yang kemudian diikuti rebound cepat, ATSI berpendapat bahwa pemulihan dalam jangka pendek masih memungkinkan. Syaratnya, eskalasi konflik tidak berlanjut dan situasi geopolitik relatif stabil. ATSI menyarankan para pelaku pasar untuk tetap waspada dan memantau perkembangan situasi global secara cermat. (MSN/NVN)