13 Tahun Rumah Energi: Merayakan Indonesia Yang Lebih Berdaya

Dalam sebuah perayaan yang penuh makna, Yayasan Rumah Energi (Rumah Energi) menandai perjalanan 13 tahunnya sebagai katalisator perubahan, bekerja keras mewujudkan “Indonesia Berdaya Lenting dalam Energi dan Pangan.” Selama lebih dari satu dekade, Rumah Energi telah membuktikan bahwa solusi berkelanjutan dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat luas. Hingga saat ini, jejak langkah Rumah Energi telah menjangkau total 142.560 orang di seluruh penjuru negeri. Capaian ini menjadi bukti komitmen yayasan untuk mendorong transisi menuju energi bersih, meningkatkan ketahanan pangan, dan membangun ekonomi akar rumput yang tangguh.

Jakarta,
19 November 2025

Dalam sebuah perayaan yang penuh makna, Yayasan Rumah Energi (Rumah Energi)
menandai perjalanan 13 tahunnya sebagai katalisator perubahan, bekerja keras
mewujudkan “Indonesia Berdaya Lenting dalam Energi dan Pangan.”
Selama lebih dari satu dekade, Rumah Energi telah membuktikan bahwa solusi
berkelanjutan dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya langsung oleh
masyarakat luas. Hingga saat ini, jejak langkah Rumah Energi telah menjangkau
total 142.560 orang di seluruh penjuru negeri. Capaian ini menjadi bukti
komitmen yayasan untuk mendorong transisi menuju energi bersih, meningkatkan
ketahanan pangan, dan membangun ekonomi akar rumput yang tangguh.

Energi
Bersih, Masyarakat Tangguh

Pada
pilar energi, Rumah Energi telah menjadi penggerak utama dalam pemanfaatan
energi terbarukan. Bayangkan, di 21 Provinsi cakupan, kini telah berdiri
kokoh 29.915 Instalasi Biogas per Oktober 2025. Jumlah ini memberikan
manfaat memasak dan energi bersih bagi 119.660 rumah tangga, sekaligus
menciptakan lingkungan yang lebih bersih.

Dampak lingkungan yang ditimbulkan
sangat masif. Seluruh instalasi biogas yang ada telah berhasil mengurangi emisi
karbon sebesar 584.834 ton karbon dioksida ekuivalen (tCO2e). Angka ini
setara dengan upaya menanam lebih dari 26,5 juta pohon di hutan yang
luasnya hampir menyamai Ibu Kota Nusantara (IKN). Limbah organik yang
sebelumnya mencemari lingkungan kini diubah menjadi sumber energi dan pupuk,
dengan total 245 juta kilogram limbah per tahun berhasil dikelola.
Biogas yang dihasilkan bahkan memiliki potensi kalor sebesar 345 juta kWh
per tahun
, cukup untuk kebutuhan memasak di sekitar 1.700 dapur umum
skala kecil selama setahun penuh.
Secara ekonomi, rumah tangga pengguna
biogas kini bisa menghemat pengeluaran LPG bulanan mereka antara Rp 60.000
hingga Rp 75.000.

Kesuksesan ini turut didukung oleh
kehadiran 162 Mitra Konstruksi Lokal yang terlatih, menegaskan peran
Rumah Energi dalam penciptaan lapangan kerja hijau (green jobs). Selain
biogas, Rumah Energi juga memasang 72 Instalasi Solar PV, turut andil
dalam menerangi komunitas yang membutuhkan.

Dari Limbah
Menjadi Berkah Pangan

Pencapaian energi terbarukan ini
berkaitan erat dengan upaya peningkatan ketahanan pangan. Ampas dari proses
biogas, yang disebut bioslurry, merupakan pupuk organik berkualitas
tinggi. Melalui pelatihan yang diikuti oleh lebih dari 5.114 peserta,
petani diajarkan cara memanfaatkan bioslurry ini, yang terbukti mampu
mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia hingga menghemat pengeluaran bulanan
sebesar Rp 100.000 hingga Rp 250.000.

Inovasi lain seperti Solar Dryer
(pengering bertenaga surya) yang diperkenalkan Rumah Energi di 100 lokasi
juga terbukti meningkatkan produktivitas hasil pertanian hingga 200% dan
bahkan melipatgandakan pendapatan petani hingga empat kali lipat. Upaya
ini dilengkapi dengan teknologi konservasi air, seperti 26 instalasi Rain
Water Harvesting (RWH)
, yang membantu 1.001 masyarakat mengakses air
bersih, bahkan mengelola ribuan kilogram limbah eceng gondok setiap tahunnya.

Membangun
Kemandirian Ekonomi Komunitas

Dampak dari program ini menjalar
hingga ke sektor ekonomi. Rumah Energi telah menjadi inkubator bagi 323
Bisnis
di tingkat komunitas. Dengan pelatihan bisnis yang menyasar 168
perempuan
dan pendampingan pada 24 Koperasi Hijau (GENCAR), Rumah
Energi memberdayakan masyarakat untuk menciptakan nilai tambah dari produk
hijau. Bagi rumah tangga petani yang tidak hanya menggunakan, tetapi juga
menjual bioslurry yang kaya nutrisi, program ini telah membuka keran pendapatan
tambahan
antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per bulan.

“Perjalanan 13 tahun ini adalah
bukti nyata komitmen kami untuk mewujudkan visi Masyarakat Berdaya Lenting
dalam Energi dan Pangan,” ujar Sumanda Tondang selaku Direktur Eksekutif Rumah
Energi. “Setiap instalasi biogas, setiap kilogram emisi yang direduksi, dan
setiap rupiah penghematan yang dirasakan masyarakat adalah langkah kolektif
kita menuju Indonesia yang lebih hijau, mandiri, dan berdaya,” Rumah Energi
menegaskan kembali komitmennya untuk terus menjadi mitra masyarakat dan
pemerintah dalam mewujudkan cita-cita pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Dampak program Rumah
Energi juga dirasakan langsung oleh masyarakat di tingkat akar rumput. Salah
satunya adalah Sukamto, warga Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman – DIY, yang
lebih dari 10 tahun memanfaatkan instalasi biogas rumah.

“Sejak memakai biogas,
saya sudah tidak beli elpiji lagi. Kandang menjadi lebih bersih karena kotoran
sapi dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas. Bio-slurry yang dihasilkan juga
sangat menguntungkan. Saya menggunakannya untuk tanaman salak, membuat buahnya
lebih enak rasanya dan tidak mudah busuk. Yang paling menggembirakan, limbah
ternak yang sebelumnya melepaskan gas metana kini tertangkap dan diolah, jadi
kita turut mengurangi emisi gas rumah kaca dari peternakan,” ungkapnya.

Cerita Sukamto
mencerminkan bagaimana biogas tidak hanya menghadirkan energi bersih, tetapi
juga meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas petani.

Pandangan serupa datang
dari pemangku kepentingan di tingkat nasional yang melihat kontribusi Rumah
Energi sebagai bagian penting dari agenda pembangunan berkelanjutan Indonesia.

“Rumah Energi 13 tahun
bersama masyarakat melakukan pendampingan untuk kesediaan energi bersih melalui
biogas. Kerja–kerja yang dilakukan sudah memberikan dampak bagi banyak orang,
khususnya petani, peternak, koperasi, dan rumah tangga pedesaan. Kiranya Rumah
Energi terus berkembang dan lebih luas lagi yang dilakukan, menjadi mitra
pemerintah dalam pembangunan dan menginisiasi inovasi yang berdampak pada
lingkungan,” ujar Ahmad Zabadi, Sekretaris Kementerian Koperasi RI.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES