Medan, NVN – Dinamika politik menjelang Pilkada Medan semakin panas. Setelah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) secara mengejutkan mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Rico Waas-Zakiyuddin Harahap, kini Partai Demokrat terlihat mengikuti jejak PSI dengan manuver yang terkesan “ugal-ugalan”.
“Semalam Tahu, Hari ini Tempe” menjadi sindiran tajam yang dilontarkan oleh pengamat politik, Syafaruddin Sikumbang, terhadap perubahan sikap Demokrat. Awalnya, partai berlambang mercy ini menunjukkan sikap dukungan terhadap Aulia Rahman namun setelah PSI menyatakan dukungan ke Rico Waas, Demokrat tiba-tiba berbalik haluan.
“Perubahan sikap Demokrat ini terkesan mendadak dan tidak terencana. Mereka seperti mengejar angin yang tak berarah,” ujar Safar. “Ini menunjukkan bahwa Demokrat lebih mementingkan kepentingan politik sesaat daripada adab, prinsip dan konsistensi.”
Kejutan baru terjadi hari ini saat sebuah surat bertanggal 27 Agustus 2024 beredar luas melalui group whatsapp. Surat tersebut menunjukkan bahwa Demokrat telah beralih dukungan ke Rico Waas. Surat ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kejelasan sikap Demokrat yang terkesan “bermain api”. Terlebih lagi, manuver ini terindikasi sudah dirancang sejak awal untuk menjebak potensi Aulia Rahman agar tidak dapat berlayar di pilkada medan pada menit terakhir.
“Apakah ini benar-benar pertimbangan strategis atau hanya sekadar ikut-ikutan PSI?” tanya Safar. “Demokrat seharusnya memiliki keberanian untuk berdiri sendiri dan tidak terpengaruh oleh gerakan partai lain.”
Di tengah hiruk pikuk manuver politik para elit, masyarakat Medan justru diliputi kebingungan dan apatis. “Entahlah, sudah capek lihat politik di Medan. Yang penting hidup sehari-hari bisa terpenuhi,” ujar Sri, seorang pedagang kaki lima di Medan. “Yang janji muluk-muluk pas kampanye, pas menang lupa sama rakyat.”
Atmosfer apatis ini semakin terasa di kalangan pemuda. “Kami malah lebih sibuk mikirin masa depan dan cari kerja,” ujar Roni, seorang mahasiswa di Medan. “Politik kayaknya jauh dari realita hidup kami.”
Pilkada Medan yang akan diselenggarakan pada November 2024 diprediksi akan menjadi pertarungan yang anomali. Manuver Demokrat yang terkesan “ugal-ugalan” ini berpotensi menjadi preseden buruk bagi sejarah politik di kota Medan. Jika dibiarkan, perilaku politik yang tidak konsisten dan berorientasi pada kepentingan sesaat akan menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi. Pertanyaan besar tetap mengambang di udara: “apakah masyarakat Medan akan tergerak untuk berpartisipasi dalam pilkada ini?”, pungkas Safar. (msn/nvn)