Dokter Temukan Paku di Tubuh Pasien, Kolaborasi Medis dan Spiritual Diperlukan

Yogyakarta, NVN — Seorang dokter, dr. Sagiran, mengungkapkan pengalaman uniknya menangani pasien dengan masalah medis yang diduga terkait ilmu hitam. Pasien tersebut ditemukan memiliki benda asing berupa paku di dalam tubuhnya. Operasi medis yang dilakukan gagal untuk menjelaskan keberadaan paku tersebut, sehingga dr. Sagiran memutuskan untuk menggunakan metode rukiah sebagai terapi tambahan.

Dokter Sagiran, yang bekerja di Rumah Sakit Nur Hidayah, Yogyakarta, menghadapi kasus medis yang tidak biasa. Seorang pasien bernama Supiati (25) datang dengan kondisi tubuh yang mengeluarkan ribuan paku. Operasi pertama berhasil mengeluarkan 72 paku, namun keesokan harinya, paku-paku tersebut kembali muncul. Keadaan ini berulang beberapa kali, memicu keraguan dr. Sagiran terhadap penjelasan medis konvensional.

Setelah mencari referensi lain, dr. Sagiran memutuskan untuk memadukan pengobatan medis dengan ruqiyah, sebuah metode penyembuhan spiritual dalam Islam. Prosedur ruqiyah dilakukan dengan membaca ayat-ayat Al-Quran, yang dalam beberapa kasus membuat pasien muntah dan mengeluarkan paku dari mulutnya.

Pengalaman dr. Sagiran tidak berhenti pada Supiati. Istri seorang dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Soeparwati, juga mengalami hal serupa, mengeluarkan paku dan jarum dari tubuhnya.

Akibat publikasi yang luas mengenai kasus Supiati, banyak pasien dengan gejala serupa mulai berdatangan ke dr. Sagiran. Ia menjelaskan bahwa metode ruqiyah syar’iyyah yang diterapkannya adalah menjaga pasien dengan “ICU spiritual”, dengan tim yang terus bergilir ganti membaca ayat-ayat suci.

Metode ruqiyah ini kini dilayani di Poli Komplementer RS Nur Hidayah.

Di sisi lain, keberadaan kasus-kasus seperti ini menarik perhatian kalangan skeptis, termasuk Pesulap Merah, yang dikenal karena usahanya membongkar praktik-praktik supranatural yang dianggap menyesatkan.

Meskipun banyak yang skeptis, dr. Sagiran tetap teguh pada keyakinannya. Ia mengakui bahwa masyarakat memiliki pandangan beragam tentang santet dan sihir, namun menegaskan bahwa secara syariah, orang-orang yang sehat juga perlu penjagaan diri supaya tidak terkena sihir.

Perpaduan antara medis dan ruqiyah yang diterapkan oleh dr. Sagiran menunjukkan bahwa pendekatan holistik dalam pengobatan bisa jadi efektif dalam kasus-kasus tertentu. Sementara itu, tantangan dari pihak skeptis seperti Pesulap Merah menambah dimensi menarik dalam diskusi mengenai fenomena supranatural di Indonesia. Kisah ini menyoroti betapa kompleksnya interaksi antara kepercayaan, ilmu pengetahuan, dan kesehatan di masyarakat.

Pengalaman ini menunjukkan pentingnya pemahaman tauhid dalam pengobatan, di mana keyakinan spiritual dapat mempengaruhi kesembuhan. Dr. Sagiran menekankan perlunya kolaborasi antara dokter dan ustaz dalam menangani kasus-kasus seperti ini, memadukan keahlian kedokteran dan spiritual untuk memberikan perawatan yang lebih menyeluruh bagi pasien.

Kasus ini juga menyoroti keberadaan sindroma non-medis, di mana banyak kasus medis yang tidak terdiagnosis secara konvensional. Dr. Sagiran mengingatkan bahwa sindroma non-medis perlu diperhatikan dan ditangani dengan serius.

Lebih lanjut, dr. Sagiran memperingatkan bahaya jimat dan praktik magis dalam kehidupan, karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Ia menekankan pentingnya tetap berpegang pada ajaran agama dan ilmu pengetahuan.

Terakhir, dr. Sagiran menekankan perlunya empati dan pemahaman terhadap pasien yang menderita. Tenaga medis harus bersikap empati dan tidak meremehkan pengalaman pasien, menjadi kunci dalam praktik medis yang manusiawi. (msn/nvn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *