Pilkada Medan di Ambang Krisis Demokrasi: Dody YS Peringatkan Efek Domino dan Warisan Buruk bagi Generasi Mendatang

Medan, NVN – Dody YS, Ketua Umum Molekul Pancasila, menegaskan bahwa potensi skenario paslon tunggal di Pilkada Kota Medan merupakan ancaman serius bagi demokrasi. Ia menilai, konsentrasi dukungan partai politik kepada satu pasangan calon, Rico Waas-Zakiyuddin, menunjukkan kecenderungan mengurangi hak pilih rakyat.

“Ini bukan sekadar fenomena paslon tunggal, tapi merupakan upaya mengurangi hak pilih rakyat. Pemilih dipaksa memilih antara satu paslon yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan mereka atau memilih kotak kosong yang tidak memberikan solusi,” tegas Dody YS.

Dody YS menilai Pilkada dengan paslon melawan kotak kosong bukan solusi. “Meskipun ada pilihan untuk memilih kotak kosong, hal ini tidak menjamin terlaksananya demokrasi yang sehat. Pemilih dipaksa memilih antara satu paslon yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan mereka atau memilih kotak kosong yang tidak memberikan solusi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dody YS menekankan bahwa Pilkada Medan yang tidak demokratis akan menjadi contoh buruk bagi generasi mendatang. “Jika kita biarkan Pilkada ini berjalan tanpa pilihan yang sehat, maka kita akan menwariskan sistem politik yang lemah dan tidak demokratis kepada generasi berikutnya,” tegasnya.

Ia memperingatkan bahwa jika demokrasi di Kota Medan tidak ditegakkan, efek domino yang merugikan akan terjadi. “Ketidakpercayaan terhadap sistem demokrasi akan meningkat, partisipasi politik akan menurun, dan potensi konflik sosial akan semakin besar,” ujar Dody YS.

Ia mendesak PDI Perjuangan dan Hanura untuk segera membentuk poros baru agar tercipta kompetisi yang sehat. “Jika PDI Perjuangan dan Hanura tetap berdiam diri, maka Pilkada Kota Medan akan menjadi cerminan kemunduran demokrasi,” tegasnya.

Dody YS menyerukan kepada partai politik untuk tidak egois dan mengutamakan kepentingan rakyat. “Partai politik harus bersikap bertanggung jawab dan menghormati hak pilih rakyat. Pilkada harus menjadi arena pertarungan ide dan program, bukan pertarungan kekuasaan,” pungkasnya. (msn/nvn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *